Oleh : Farid N. Arief
Alkisah, pada abad ke sebelas di sebuah kerajaan , raja dan seisi istana dalam keadaan bersedih, karena sang putra mahkota yang sangat dicintai, pangeran satu-satunya yang akan mewarisi tahta kerajaan sudah beberapa hari dalam keadaan sakit, terbaring ditempat tidur, diam, tiada berkata-kata, makan tak enak tidur tak nyenyak, tidak mau diajak berbicara.
Tabib/dokter istana yang mengobati sudah menyerah/angkat tangan karena belum menemukan apa penyakit yang diidap sang pangeran.. Melihat kondisi pangeran yang demikian, raja yang ingin putra kesayangannya sembuh dari sakit, mengumumkan keseluruh pelosok kerajaan " Barangsiapa yang bisa mengobati pangeran akan dikasih hadiah yang besar ". Maka berdatanganlah para tabib-tabib terkenal dari seluruh pelosok kerajaan, untuk mencoba mengobati pangeran dan coba-coba mengadu nasib peruntungan untuk mendapat hadiah dari raja. Sudah sekian orang tabib silih berganti memeriksa/mengobati pangeran, namun penyebab sakitnya belum juga ditemukan, pangeran jangankan berangsur sehat, malah dari hari kehari sakitya semakin berat juga adanya, " "Apa masih ada tabib yang belum kesini"tanya raja kepada pembantunya, "Ada seorang tabib muda yang ahli belum datang tuanku." jawab pembantunya, "Tolong jeput dan bawa kesini" perintah raja pada pembantunya.
Setelah tabib itu sampai di istana dengan asistennya, dia langsung memeriksa panggeran yang sedang terbaring diam, setelah memeriksa pasien dengan ketelitian, "Pangeran tidak ada mengidap penyakit apapun tuanku, cuma ada sesuatu yang sedang difikirkannya, untuk itu saya ingin mengetahui apa kegiatan pangeran sebelum jatuh terbaring ini ", kata Tabib melapokan hasil diagnosanya pada raja, sebentar raja mengingat, "Oh yaaa�?� sebelum sakit dia pergi berburu kehutan jawab raja ". "Izinkan saya beberapa hari ini untuk mencoba mengobati pangeran tuankku", kata sang tabib, "Silahkan"jawab raja. Besoknya tabib menyuruh asisten nya mengunjungi desa-desa yang ada dipinggir hutan. Sorenya tabib yang duduk disamping sisakit bertanya pada asistennya, desa-desa mana saja dipinggir hutan yang dikunjunginya, asisstennya mulai menyebutkan, "Desa A,tabib melihat pasiennya tidak ada reaksi, desa B, dilihat lagi tidak ada reaksi dari pangeran, desa C lanjut asisten, juga tidak ada reaksi, desa D kata asissten dengan suara yang lantang, mendengar desa D, dilihat oleh tabib sang pangeran/pasien ada gerakan walaupun sedikit. Cukup, besok kamu jelajahi rumah-rumah yang ada didesa D kata tabib kepada asistenya. Hari berikutnya sang tabib yang duduk kembali disamping pangeran yang terbaring, menanyakan kepada asistennya rumah-rumah siapa saja yang didatangi didesa D, " Rumah tuan Ahmad kata asistennya memulai, tabib melirik pangeran tidak ada reaksi, rumah tuan Badruddin lanjut asisten tidak ada juga reaksi dari pangeran, rumah tuan Malik kata asisten, mendengar nama tuan Malik sang Pangeran bergetar dan tubuhnya bereaksi lebih cepat dan lebih keras dari yang kemaren. "Ya sudah, besok kamu selidiki siapa-siapa saja keluarga yang mendiami rumah tuan Malik", perintah tabib pada asistennya. Besok sorenya kembali disamping Pangeran yang terbaring, tabib bertanya pada Asistennya, nama-nama keluaraga yang mendiami rumah tuan Malik. "Bariiyah isteri tuan Malik sebut asistennya, dilirik tabib belum ada reaksi dari pangeran, Abbas anak tuan Malik lanjut asistennya, tidak ada reaksi, Komaruddin kata asisstennya, juga tidak ada reaksi dari pangeran yang terbaring, Fatimah lanjut asisten, baru saja asisten menyebut nama Fatimah, tubuh pangeran bergetar keras dan.."Fatimah" gigaunya meneyebut nama Fatimah."Cukup, sekarang kita menghadap raja"kata tabib kepada asistennya. Besoknya sang Tabib bersama asistennya menghadap Raja," Maaf tuanku,setelah beberapa hari ini saya mempelajari penyakit pangeran, menurut diagnosa saya, pangeran sakit karena sedang jatuh cinta pada seorang gadis desa namanya Fatimah yang dikenalnya sewaktu berburu, tapi dia takut menyampaikannya kepada tunku dan keluarga istana karena status social yang begitu jauh dan sangat berbeda antara keluarga istana dengan keluarga Fatimah, oleh sebab itu dipendam saja rasa cinta yang mendalam dan mengelora itu, inilah yang menyebabkan pangeran jatuh sakit dan terbaring. Obat satu-satunya tuanku harus mengizinkan pangeran menikah dengan gadis desa tersebut" kata Tabib memberi saran pada Raja..
Kemudian raja menikahkan putranya dengan gadis desa yang sangat dicintai pangeran anaknya. Konon setelah pangeran itu menjadi raja dia sukses memerintah, memimpin kerajaan, karena selalu dekat dengan yang dicintainya yaitu Fatimah isterinya, sang permaisuri kerajaan.
Para Pembaca, yang budiman
Kisah diatas iktibar bagi kita, jika hati telah mencintai sesuatu/seseorang, jiwa dan fikiran senantiasa tersangkut kepada yang dicintai tersebut. Umpama anda sedang berada jauh di negeri orang atau diluar negeri, apabila anda mendengar (atau membaca) kata Indonesia, sinyal hati anda akan berdesir, atau umpamanya waktu melihat daftar pengumpulan medali Olimpiade, atau Sea Game, secara spontan Negara yang anda lihat terutama sekali adalah Indonesia, kenapa? Karena ada dorongan kuat dari dalam secara reflek yang mengerakan hati anda, dorongan itu ialah kecintaaan hati anda kepada tanah air, yaitu Indonesia, hati anda telah tersangkut pada sesuatu yang sudah anda cintai, yaitu negeri tempat kelahiran anda Indonesia.
Dari kisah tersebut juga kita dapat mengambil intisari hikmah bahwa, seseorang yang sangat mencintai sesuatu, hatinya senantiasa rindu akan yang dicintainya, hatinya telah diikat kuat oleh apa yang dicintainya, kalau mendengar orang menyebut sesuatu yang dekat dengan apa yang dicintai atau yang ada hubungan dengannya, hatinya akan berdesir/bergetar, apalagi dengan menyebut langsung nama yang dicintainya itu, akan bertambah kencang desiran / getaran hatinya.
Seseorang akan merasa tidak tentram, jiwanya tidak akan tenang, resah gelisah, kalau jauh /menjauh dari apa yang dicintai dan mengasihinya, bukankah seorang bayi akan menangis kalau sang ibu yang mencintai dan melindunginya tidak ada disampingnya.
Cinta itu membelenggu hati, seseorang yang kepada yang dicintainya. Yang mencintai menjadi hamba oleh yang dicintainya. Nah.. orang-orang yang betul-betul beriman kepada Allah akan bergetar hatinya kalau disebut nama-nama Allah SWT, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah akan bertambah keimanan mereka, ini diisyaratkan dalam Alqur.an
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. ( Q.S.Al Anfal ayat 2 )
Orang mukmin yang mencintai Allah, hanya kepada Allah saja dia menghambakan diri, dia akan mengerjakan/melakukan sesuatu pekerjaan semata-mata untuk yang dicintainya yaitu Allah SWT.
Seseorang hamba yang sungguh-sungguh mencintai Allah, dia akan menempatkan cinta yang paling tinggi/utama itu adalah untuk Allah, seperti senandung Rabia`ah Al-Adawiyah dalam mengepresikan cintanya pada Allah :
"Wahai kekasih hati, hanya Engkaulah yang aku cintai. Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadirat-Mu. Engkau harapanku, kebahagiaan, dan kesenanganku. Hatiku telah enggan mencintai selain diri-Mu."
"Tuhanku, jika aku mengabdi kepada-Mu karena takut kepada neraka, bakarlah aku di dalamnya".
"Dan jika aku mengabdi kepada-Mu karena mengharapkan surga, jauhkanlah aku daripadanya".
"Tetapi jika Kau kupuja karena Engkau, janganlah Engkau sembunyikan kecantikan-Mu yang kekal dariku."
Allah adalah teman sekaligus Kekasih dirinya, sehingga ke mana saja Rabi`ah pergi, hanya Allah saja yang ada dalam hatinya. Ia mencintai Allah dengan sesungguh hati dan keimanan. Karena itu, ia sering jadikan Kekasihnya itu sebagai teman bercakap dalam hidup. Dalam salah satu sya`ir berikut jelas tergambar bagaimana Cinta Rbi`ah kepada Teman dan Kekasihnya itu:
Kujadikan Engkau teman bercakap dalam hatiku,
Tubuh kasarku biar bercakap dengan yang duduk.
Jisimku biar bercengkerama dengan Tuhanku,
Isi hatiku hanya tetap Engkau sendiri.
Bagaimana cara kita mencintai Allah SWT, kita disuruh mengikuti apa yang disampaikan Rasul, kalau seorang hamba sungguh sungguh mengikuti Rasul, Allah akan membalas cinta hambanya dengan mencintai juga hamba tersebut, dinyatakan dalam Alqur,an surat Ali Imran ayat 31 yang berbunyi :
Katakanlah jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali `Imran [3]: 31).
Menurut Ibnu Taimiyah seorang ulama salaf, menyatakan bahwa mengikuti Rasul sebagai manifestasi cinta seorang hamba kepada Allah, karena Rasulullah saw, tidak memerintahkan sesuatu melainkan yang dicintai Allah. Dia pun tidak melarang sesuatu melainkan yang dibenci Allah, dan diapun tidak akan memberitakan sesuatu melainkan yang dicintai dan dibenarkan oleh Allah juga. Oleh karena itu siapa yang mencintai Allah, seharusnya mengikuti Rasul.
Ada dua tanda cinta kepada Allah, yaitu ittiba` Rasul (mengikuti Rasul) dan jihat fiisabilillah (berjuang dijalan Allah). Jihad dikategorikan sebagai tanda cinta kepada Allah, karena jihad itu sendiri pada hakekatnya adalah bersungguh sungguh untuk mendapatkan sesuatu yang dicintai Allah yaitu iman dan amal sholeh serta mencegah semua yang dibenci Allah, seperti kekufuran dan kefasikan dan kedurhakaan. Dalam hal ini Allah berfirman :
"Katakanlah ( Muhammad) : jika ayah-ayahmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu perolehnya, perniagaan yang kamu kuatirkan merugi serta rumah-rumahtempat tinggalmu yang kamu senangi, itu lebih kamu cintai daripada cintamu kepada Allah dan Rasul serta berjuang di jalan Allah, maka nantikanlah sehingga Allah akan mendatangi keputusan-Nya. ( Q.S. At Taubah: 24)
Seorang mukmin yang benar-benar mencintai Allah, sejatinya akan senantiasa melakukan jihad, yaitu mengutamakan cinta kepada Allah dari pada cinta kepada dirinya,keluarga (anak-isteri,orang tua dan sanak saudara), harta benda dan pekerjaan/profesi yang digeluti sehari-hari. Jika sudah demikian apapun tantangan, tuntutan dan godaan yang datang dari dalam diri, dari lingkungan keluarga dan lingkungan tempat bekerja tersebut , yang bertentangan dengan ajaran gama yang berlawanan dengan nilai-nilai Al-qur`an dan Sunnah nabi, akan dapat dilewati/diatasi. Semoga
No comments:
Post a Comment